Rahim Pengganti

Bab 114 "Permainan Panas 21+"



Bab 114 "Permainan Panas 21+"

0Bab 114     

Permainan Panas 21++     

"Buktinya udah ada?" tanya Carissa. Andrian menganggukan kepalanya, ruangan Bian ada di lantai 27 sehingga mereka masih ada waktu bergosip di dalam lift.     

"Cuma suami lo masih mau lihat perkembangan. Entah perkembangan apaan, gue kesal kadang. Udah tahu ada maling, masih mau dikembangkan. Biar uang yang di ambil semakin banyak terus perusahaan bangkrut? Amit amit deh, gue gak rela seriusan," gerutunya. Carissa hanya tertawa mendengar ucapan Andrian. Laki laki itu, tidak pernah berubah. Mulutnya sangat juges jika ada sesuatu hal yang tidak masuk akan diotaknya.     

Tiba di lantai ke 27 Andrian segera mengajak Melody ke area bermain di sudut. Tempat yang sengaja dibangun oleh Bian supaya ketika anaknya datang tidak bosan.     

"Gue ke sana, lo berdua ngebucin aja dulu. Kalau udah beres gue ajak masuk si Melody," ujar Andrian. Carissa hanya geleng geleng kepala melihat tingkah laku pria itu.     

Carissa segera masuk ke dalam ruangan sang suami namun, sesuatu di dalam sana membuat Carissa kesal.     

"Sayang."     

Carissa masuk ke dalam ruang suami nya itu, wanita itu memasang wajah datarnya sedang Bian sudah takut dengan apa yang akan terjadi. Pria itu takut istri nya salah paham, karena melihat hal yang tidak di inginkan.     

"Siapa dia?" tanya wanita itu. Carissa lalu duduk di dekat Bian.     

"Saya istri nya," ucap Carissa sambil menekan kata 'istri' bahkan dengan berani nya Carissa menyatu bibir nya dan Bian, hingga membuat wanita yang menggunakan pakaian kurang bahan itu kesal lalu pergi keluar ruangan tersebut.     

Brak     

Suara pintu ditutup dengan kuat terdengar sangat jelas, Carissa langsung melepaskan ciuman mereka, dan menatap dengan tajam ke arah sang suami. Bian menelan saliva nya kasar, meskipun tidak terjadi apa apa dengan mereka. Tapi Bian sangat takut hal yang tidak di ingin kan terjadi, Carissa yang salah paham akan apa yang tidak diri nya lalukan.     

"Ngapain sih dua duaan dengan wanita itu di sini," ucap Carissa kesal. Bian menggaruk kepalanya, diri nya juga tidak mau tapi karena terpaksa akhir nya terjadi.     

Bian menceritakan semuanya, pria menjelaskan secara detail apa yang terjadi. Diri nya tidak mau hal yang tidak di inginkan terjadi, sehingga membuat hubungannya tidak baik baik saja.     

***     

Kedua lidah itu sedang bermain di sana, setelah Bian menyelesaikan pembicaraan nya pria itu lalu menuntut sang istri untuk bertanggung jawab. Ciuman yang awal nya hanya lumayan kecil berubah menjadi menuntut, desahan kecil lolos di bibir Carissa.     

Pandangan mata kedua nya saling bertemu, nafas mereka masih tersengal sengal. Pakaian bagian atas milik Carissa sudah terbuka, hal itu membuat Bian lebih leluasa bermain dengan kedua bukit kembar yang semakin hari semakin menantang.     

Di lain tempat Andrian yang akan masuk ke dalam ruangan Bian terhenti ketika ruangan itu sudah di kunci dari dalam. Pria itu hanya bisa menghela nafas nya saat tahu apa yang akan di lakukan kedua manusia di dal sana.     

"Anjirr, kayak gak ada tempat aja," umpat nya kesal. Andrian lalu kembali melangkah kan kakinya ke tempat Melody bermain. Anak kecil itu sangat suka berada di kantor sang ayah, karena banyak permainan yang tidak ada di rumahnya tapi ada di kantor.     

Tubuh keduanya sudah menyatu, Bian memaju mundur kan semakin menghisap kedua bukit kembar yang begitu indah itu, desahan demi desahan terdengar sangat jelas membuat Bian semakin liar bergerak di atas istri nya.     

"Ahh … ah … ah …"     

Suara decitan, serta desahan dari kedua nya terdengar sangat merdu di telinga mereka. Dengan sangat hati hati Bian, melakukannya, dirinya juga tidak ingin sesuatu hal terjadi kepada bayi di dalam kandungan istrinya saat ini.     

Nafas Carissa rasanya mau putus namun, kegiatan ini begitu mengasyikkan membuat Caca tidak mampu menolak setiap sentuhan yang diberikan oleh sang suami. Begitu juga dengan Bian, yang begitu menikmati permainan panas mereka. Permainan yang begitu nikmat di mainkan di atas sofa ruang kerjanya.     

"Mas Bian!!" pekik Carissa sembari mencengkram bahu Bian saat merasakan pelepasan untuk kesekian kalinya. Pelepasan yang entah sudah berapa kali dirinya rasanya, hingga tak lama Bian juga mengeluarkan semuanya tumpah di sana.     

Bian lalu menggendong istrinya membawanya masuk ke dalam ruangan, membiarkan Carissa untuk istirahat di dalam sana, sedangkan dirinya membersihkan bekas bercinta mereka dan merapikan tempat tersebut. Senyum di bibir Bian terbit, pria itu sungguh bahagia mengingat bagaimana mereka tadi.     

***     

Langit senja sudah berganti dengan malam, Alan dan Bunga yang sedang menikmati waktu berdua mereka di sebuah hotel berbintang. Hari ini kedua nya menyewa sebuah kamar, menghabiskan waktu berdua bersama.     

Kemarin adalah hari ulang tahun Alan, mereka akan merayakan hari spesial itu hari ini, karena baru tadi siang Alan landing di Jakarta.     

Keduanya menikmati malam ini dengan sangat indah, makan malam ini juga begitu spesial. Gaun malam yang digunakan oleh Bunga begitu cantik, dengan belahan yang sangat terlihat dan bagian belakang terbuka sangat lebar.     

"Kamu begitu cantik sayang," puji Alan. Bunga tersenyum malu, bagaimana tidak malam ini diri nya sudah beberapa kali mendapatkan perlakuan luar biasa dari sang suami, padahal yang berulang tahun adalah Alan.     

"Kamu juga ganteng Mas," balasnya. Alan tertawa, lalu beranjak dari duduknya. Pria itu memberikan tangannya, mengajak sang istri untuk berdansa. Bunga menerima tangan tersebut, kedua berdansa di sana dengan saling memeluk erat.     

Bibir Alan beberapa kali menempel di bahu Bunga yang terbuka. Di berikan ya kecupan demi kecupan di sana, membuat tubuh Bunga menegang akibat permainan Alan yang bergitu alih.     

"Malam ini kamu akan menjadi milik aku," bisiknya di telinga Bunga. Sesekali telinga itu digigit merasa oleh Alan, menimbulkan rasa hangat di tubuh.     

Keduanya saling menatap satu dengan lainnya. Jarak yang begitu jauh, sudah semakin dekat dengan kedua nya. Bahkan saat ini, bibir kedua nya sudah menyatu dengan sempurna ciuman itu dilakukan seiring dan seirama dengan nada musik di sana.     

Alan menggigit bibir Bunga, hingga membuat wanita itu membuka mulutnya dan dengan sangat lincah lidah Alan mengeksplor setiap inci di dalam mulut Bunga.     

Kedua tangan Alan tidak tinggal diam, pria itu sudah menarik kancing baju yang digunakan oleh Bunga, membuat kedua bukit kembar itu bersentuhan dengan kedua tangannya. Diremasnya dengan pelan, dan desahan lolos dari mulut Bunga.     

Pria itu menuntun istrinya ke atas tenpat tidur, tanpa melepaskan ciuman mereka. Di atas sana, dengan sangat mudah Alan mulai menyatu keduanya. Menikmati setiap jepitan indah itu, desahan dan erangan yang keluar dari mulut mereka semakin menambah semangat keduanya.     

Tubuh itu sudah bergerak dengan sangat lincah, Bunga sudah kewalahan dengan permainan sang suami yang semakin hari semakin luar biasa. Begitu juga dengan Alan, yang merasa tertantang karena setiap kali kedua menyatu rasanya begitu berbeda.     

Suara decitan tempat tidur, menandakan bahwa permainan keduanya sangat hebat, mata keduanya saling bertemu senyum manis tercetak dengan jelas. Hingga keduanya sampai di puncak tertinggi, secara bersama.     

"Aaahhhhh … ahhh … ahhhh."     

***     

Malang menjadi kota yang membuat Siska melupakan semua nya kota yang menjadi tempat dirinya melupakan semua hal yang pernah terjadi. Malam ini Siska akan menginap di sana, di apartemen yang menjadi tempatnya.     

Urusan cafe sudah berjalan dengan sangat lancar, bahkan di Minggu lagi grand opening Cafe Cemara akan segera di buka. Cafe yang semakin maju akibat tangan dingin Siska yang mampu membuat semuanya berkembang.     

Duduk di balkon kamarnya dengan sebuah matcha hot malam ini yang menemani Siska. Bayangan di masa lalu, terlintas di pikiran Siska, di mana dirinya masih kuliah di luar negeri.     

Sebuah notif dari nomor yang tidak di kenal masuk ke dalam ponselnya. Nomor yang asing bagi Siska, saat membuka pesan tersebut, matanya melotot tajam membaca setiap kalimat yang tertuang.     

"Hai. Ini aku Xavier, ada waktu? Bisa ngobrol sebentar. Kalau tidak keberatan, aku tunggu di Cafe Pelangi, tempat di mana kita bertemu sebelum akhirnya kita sama sama pergi ke luar negeri. Aku tunggu kedatanganmu."     

Selain itu juga sebuah foto hitam putih, foto yang pertama kali diambil oleh keduanya saat masih memiliki sebuah hubungan. Dipandanginya foto tersebut, Siska tidak menyangka hubungan yang di ukir saat itu ternyata harus terpisah dan hancur karena sebuah pengkhianatan.     

"Andai waktu bisa di ulang, bolehkah aku meminta untuk tidak mengenal kamu. Tapi, jika itu terjadi, apa aku bisa bertahan dengan sekuat ini saat ini? Bertahan dengan semua hal yang terjadi," gumamnya. Siska menarik nafasnya panjang, wanita itu lalu membuka akun media sosialnya.     

Senyum mengembang di bibir Siska saat melihat foto foto Melody yang diunggah oleh Andrian saat bermain dengannya di kantor, lalu ada foto Elang yang membagikan semua tangkai bunga mawar dengan inisial S.     

Tak hanya itu saja, tapi ada juga video Melody yang dibagikan oleh Tante Elsa, baru beberapa jam pisah dengan keponakannya itu tadi Siska sudah merasakan kangen dengan Melody. Anak kecil yang mampu membuat semua orang tersenyum bahagia.     

Lalu nama sang kakak ipar tertera di sana, sebuah panggilan video terhubung Siska segera mengangkatnya wajah Melody yang terlihat sangat jelas disana.     

"Onty!!!" pekik Melody. Siska tersenyum, bagaimana dirinya tidak merindukan sang keponakan kalau hal seperti ini saja membuat Siska sangat bahagia.     

"Iya sayang. Kakak lagi makan apa?" tanya Siska saat melihat mulut Melody yang sudah penuh. Anak kecil itu mengunyah makanannya lalu membalas pertanyaan dari Siska, Melody bercerita kalau hari ini dirinya pergi ke kantor sang ayah. Anak itu sudah sangat pandai, berbicara membuat semua orang sangat senang, kepintaran Melody membuatnya bisa mengerti semuanya.     

"Good job, kesayangan Onty harus gitu ya."     

"Onty. Nanti pulang jangan lupa bawain kakak oleh oleh ya, kata ayah uang Onty banyak," ujar Melody dengan polosnya, sedangkan Bian yang mendengar hal itu hanya bisa mendesah pasrah anaknya itu sungguh sangat polos.     

"Jangan racuni otak keponakan aku ya Mas. Awas aja," ucap Siska.     

Obralan mereka pun berlanjut, banyak hal yang diceritakan oleh Siska kepada Bian dan Carissa, kedua orang di sana pun juga mendengarkan semuanya dengan baik.     

###     

Selamat membaca, kalau gak suka boleh di skip. Sehat terus buat semuanya. Terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.